Museum Pusaka Nias adalah tempat yang memamerkan warisan budaya dan seni unik dari Pulau Nias, menggambarkan kekayaan sejarah dan tradisi masyarakatnya.
Harga Tiket: Rp 5.000; Map: Cek Lokasi Alamat: Jl. You Sudarso No.134-A, Iraonogeba, Kec. Gunung Sitoli, Kota Gunungsitoli, Sumatera Utara. |
Museum Pusaka Nias adalah sebuah tempat yang dibangun guna menjaga kelestarian nilai budaya dan tradisi masyarakat Nias. Pada mulanya dibangun atas dasar keprihatinan seorang misionaris Pastor Johannes M. Hammerle OFMCap atas kurangnya pendidikan dan jeratan kemiskinan di daerah terpencil Nias pada saat itu.
Pastor Johannes ditugaskan untuk menyebarkan agama Katolik ke Nias dan malah dibuat jatuh cinta oleh keunikan budaya, tradisi, dan sejarah daerah itu. Tak ingin keunikan ini berakhir akibat kurangnya pendidikan masyarakat, dia pun mulai mengumpulkan berbagai macam benda yang mencerminkan budaya Nias. Hingga lama-kelamaan, koleksinya menjadi bertambah banyak.
Sejak kedatangannya tahun 1971 hingga 20 tahun berselang, Pastor Johannes M. Hammerle OFMCap akhirnya mendirikan Yayasan Pusaka Nias di tahun 1991. Kabar baiknya, tak hanya sekadar mengoleksi, dia juga mencatat nama-nama benda yang terkumpul serta memetakan apa saja fungsinya. Dengan demikian, terbentuklah Museum Pusaka Nias.
Sejarah Museum Pusaka Nias
Pada tahun 1971, Pastor Johannes M. Hammerle OFMCap datang ke Indonesia persisnya di Pulau Nias sebagai prasyarat menjadi anggota Ordo Kapusin Nias Jerman. Pasalnya, untuk menjadi anggota komunitas tersebut seseorang harus mau datang ke Pulau Nias, Sibaloga, dan Tapanuli.
Gereja Katolik saat itu memiliki misi untuk menjaga kelestarian dan membantu mengembangkan nilai-nilai keluhuran budaya dari berbagai bangsa di seluruh dunia. Karenanya, tibalah Pastor Johannes M. Hammerle OFMCap di Distrik Gunungsitoli demi menjalankan tugas misionaris.
Memasuki tahun 1972, tepatnya ketika bertugas di Teluk Dalam Nias Selatan, Pastor Johannes mulai mengumpulkan benda budaya milik Nias karena jatuh cinta pada keunikannya. Koleksi pertama yang dia miliki adalah dua buah papan ornamen asal kawasan Idanomola.
Selain itu, didorong pula oleh kesulitan ekonomi masyarakat setempat yang berinisiatif menjual barang bernilai sejarah milik mereka kepada Pastor Johannes demi memenuhi biaya sekolah anak serta keperluan hidup setiap harinya.
Pastor Johannes menanggapi inisiatif masyarakat dengan baik, lalu membeli benda yang mereka tawarkan. Seiring berjalannya waktu, jumlah koleksi miliknya kian bertambah banyak. Akhirnya, dia pun mencoba untuk mendirikan sebuah museum agar benda-benda artefak tersebut bisa diselamatkan dan menjadi salah satu sumber ilmu pengetahuan di masa depan.
Singkat cerita, peletakan batu pertama berlangsung tanggal 10 November 1995, 20 tahun lebih sejak Pastor Johannes menginjakkan kaki pertama kali di Pulau Nias. Saat itu, acara seremonialnya dilakukan di bawah komando Bupati KDH.TK. II Nias DRS. Tal. Hanya saja, Museum Pusaka Nias baru diresmikan 13 tahun setelahnya, yaitu 18 November 2008 oleh Bupati Nias Binahati B. Baeha, S. H.
Koleksi Museum Pusaka Nias
Naha Nafo
Naha Nafo merupakan tempat peralatan sirih. Pasalnya, makan siri adalah bagian tak terpisahkan dari kebiasaan masyarakat Nias dan sudah menjadi tradisi turun-temurun yang dilestarikan. Bahkan, penduduk setempat kerap kali juga menyajikan sirih sebagai jamuan untuk tamu, di samping dimanfaatkan dalam penyelenggaraan acara adat.
Ose
Benda ini merupakan miniatur pondok, sebuah bangunan mini yang umumnya bisa Anda temukan di bagian tengah areal persawahan atau perkebunan. Dindingnya dibuat menggunakan kayu api, yang juga berfungsi sebagai bahan bakar dan acap kali dipakai memasak.
Adu Larise
Sebuah patung kayu yang mencerminkan seorang ibu sedang diusung dalam pelaksanaan ritual agama purba atau dikenal pula sebagai tradisi Famadya Saembu. Acara ini diselenggarakan di daerah Maenamolo. Hanya saja, patung Larise tersebut sudah termasuk replika karena benda aslinya membusuk. Namun demikian, tidak mengurangi nilai sejarah di Museum Pusaka Nias.
Sebuah monument bangsawan yang didirikan di dalam rumah. Biasanya, benda ini digunakan untuk bersandar para bangsawan jika sedang melangsungkan pembicaraan tentang adat. Dalam acara tersebut, bangsawan akan duduk bersandar pada behu, sementara pedang mereka digantungkan.
Aramba
Aramba adalah sebuah gong, peralatan penghasil bunyi yang biasanya dipakai untuk memeriahkan upacara adat.
Selain benda-benda bernilai sejarah, Museum Pusaka Nias sebenarnya juga menyimpan koleksi dari berbagai disiplin ilmu. Misalnya saja, ilmu Geologi seperti batuan, mineral, fosil, granit, hingga andesit.
Alamat, Rute Lokasi dan Tiket Masuk
Museum ini berlokasi di Jalan Yos Sudarso No. 134-A, di mana aksesibilitasnya terbilang mudah. Anda bisa menggunakan kendaraan bermotor dan menuju ke arah Gunungsitoli, Iraonogeba. Nikmati perjalanan Anda ke museum tempat penyimpanan potret kehidupan masyarakat Nias di Sumatera Utara.
Jam operasional mulai pukul 08.00 sampai 17.00 di hari Senin sampai Sabtu. Sementara itu, hari Minggu baru dibuka pukul 12.30.
Tarif tiket masuk di Museum Pusaka Nias relatif terjangkau, dipatok kisaran Rp 2.000 hingga Rp 5.000 untuk anak kecil dan usia dewasa. Selain mengunjungi museum, Anda pun dimungkinkan untuk menginap di sini dengan tarif mulai dari Rp 350.000.
Kegiatan yang Menarik Dilakukan
1. Mengunjungi Setiap Ruangan di Museum Pusaka Nias
Setidaknya ada lima ruangan di dalam Museum Pusaka Nias di mana semuanya memiliki pembagian fungsi berdasarkan pemanfaatannya. Pada paviliun I, Anda akan menemukan beragam jenis artefak yang merepresentasikan keagungan on niha pada masa silam meliputi potret pribadinya, keluarga, masyarakat, hingga religiositas terhadap dunia dan kepercayaannya.
Artefak-artefak di sana juga mencerminkan kehidupan yang terhormat (mosumange), agung (malokhami), serta keras atau tegas (masofu). Memasuki paviliun II, pengunjung akan mendapati sejumlah material yang kerap digunakan saat berpesta, ini membuktikan kejelasan dan peneguhan status.
Beberapa contohnya antara lain perhiasan, peralatan dapur dan perjamuan berbahan batu, keramik, dan bahkan kayu. Kemudian, ada pula rumah adat berukiran khusus yang menyimbolkan ketinggian status, serta masih banyak lagi lainnya.
Di paviliun III, Anda akan melihat artefak yang mencerminkan keseharian masyarakat Nias. Di sini, pengunjung bisa mempelajari bagaimana hunian, kondisi kesenian,pertukangan, teknologi rumah tangga, perburuan, dan berbagai aspek kehidupan lain milik penduduk lokal pada masa itu.
Sementara itu, Paviliun IV lebih dikhususkan untuk memamerkan nilai-nilai yang bersifat temporer seperti audio visual, ceramah, diskusi tentang pendidikan pusaka, dan sejenisnya. Terakhir Paviliun V, tempat ini menyimpan aneka megalith yang mencerminkan kehidupan masyarakat Nias melalui bebatuan.
2. Mencicipi Kuliner
Ada cafe khusus yang disediakan oleh pihak pengelola agar pengunjung bisa mencicipi berbagai sajian western dan nusantara. Di sini, Anda pun dapat mengobrol ringan sembari memanfaatkan hotspot gratis. Menariknya lagi, pengunjung akan disuguhi aneka jenis kudapan dan obat-obatan tradisional.
Cafe Museum Pusaka Nias terletak di area taman dan menghadap langsung ke lautan Gunungsitoli. Suasananya amat nyaman, tenang, dan ditemani semilir angin. Tempat ini cocok untuk sekadar bersantai setelah mengelilingi museum dan menyaksikan bagaimana potret tradisi dan budaya masyarakat Nias dari waktu ke waktu.
3. Mampir ke Kebun Binatang Mini
Satwa Mini Zoo, arena penangkaran hewan liar seperti landak, kijang, rusa, kera, kelelawar, hingga bunturung. Bahkan, di sini pun Anda bisa menemukan ular, kura-kura buaya air asin, erang, dan aneka spesies burung.
Di antara satwa yang ada, dahulu masyarakat Nias menjadikannya sebagai inspirasi ukiran dekorasi rumah. Bagaimana jenis ukirannya ternyata juga menggambarkan status sosial sang pemilik. Tak hanya itu, satwa liar tersebut memiliki hubungan erat dengan tradisi lisan seperti amaedola dan mite.
Kemudian, tujuan pihak pengelola mendirikan kebun binatang mini untuk mengedukasi pengunjung anak-anak mengenai lingkungan dan budaya Nias. Dengan kata lain, Museum Pusaka Nias cocok untuk dijadikan referensi berlibur bersama keluarga.
4. Menginap
Tersedia Museum Nias Lodges untuk para pengunjung yang ingin menikmati malam mereka di bangunan orisinal rumah adat omo hoda, tetapi telah dimodifikasi dengan nuansa modern. Penginapan ini berlokasi di area taman di dekat museum yang didesain menghadap langsung ke hamparan pasir pantai.
Objek Wisata Terdekat dari Museum Pusaka Nias
1. Pantai Miga
Menyajikan lanskap perairan berwarna biru yang tampak bersih dan terawat, di sini Anda bisa melakukan relaksasi. Hamparan pasirnya putih dan kerap digunakan untuk bermain oleh pengunjung. Jika ingin menikmati waktu, cobalah membangun istana pasir atau sekadar menunggu sunset hadir.
2. Taman Ya’ahowu
Pada tahun 2005 silam, Kepulauan Nias diguncang gempa berskala besar. Tak ingin menyerah, pemerintah dan masyarakat setempat berusaha untuk melakukan sejumlah perbaikan dan bangkit kembali untuk menjalani kehidupan seperti biasa. Salah satu potret keberhasilan mereka akan tampak melalui Taman Ya’ahowu, sebuah area yang dibangun di atas puing-puing bekas gempa.
3. Goa Togi Ndrawa
Ingin merasakan sensasi lain karena bosan ke pantai atau ke pegunungan? Coba kunjungi lanskap indah di bawah tanah milik Goa Togi Ndrawa ini. Meski rutenya tidak mudah, tetapi kelelahan Anda akan terbayar tuntas begitu tiba di lokasi.
Museum Pusaka Nias menyimpan berbagai artefak milik masyarakat Nias. Budaya dan tradisi mereka tetap lestari di tempat bersejarah itu. Jika Anda ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana usaha Pastor Johannes membangunnya sedari awal, jangan ragu berkunjung dan belajar langsung ke situs wisata satu ini.